Sebagai pengguna komputer, tentu semua ingin kinerja komputer kita
bagus, respon cepat, akses data lancar tanpa harus menunggu lama dan
sebagainya. Oleh karena itu ada baiknya kita mengetahui apa saja yang
menyebabkan atau berpengaruh dengan lambatnya komputer kita. Berikut
ulasan ringkas 9 hal yang paling sering menyebabkan kinerja komputer
menjadi lambat plus tips atau solusinya.
1. Malware (virus, worm, trojan, dsb )
Ketika
komputer kita terkena malware ( virus, worm, trojan, dan sejenisnya),
sudah hampir dapat dipastikan bahwa kinerja okmputer akan lambat. Virus
akan sering menggunakan sumber daya komputer baik RAM atau CPU, termasuk
juga senantiasa memantau aktivitas komputer. Hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kinerja aplikasi lain.
Solusi untuk mencegah
ini bagi pengguna Windows adalah menginstall Antivirus dan tidak hanya
berhenti disitu saja, tetapi rutin update antivirus tersebut. Jadwalkan
paling tidak seminggu sekali jika komputer tidak online.
2. Spyware, Adware dan sejenisnya
undefinedJika
kita sering menggunakan komputer untuk ber-internet, jika tidak
berhati-hati ada kemungkinan komputer bisa terkena spyware. Efeknya
mungkin tidak begitu besar dengan kinerja komputer, tetapi bisa
berpengaruh pada akses internet, dan berbagai hal yang menganggu
kenyamanan berinternet dan yang lebih buruk, data-data penting (user,
password, account dll) kita bisa di ketahui oleh si pembuat spyware ini.
Solusi
bisa menginstall Anti-spyware yang juga senantiasa update, hanya perlu
dipilah-pilah mana yang tidak banyak menggunakan sumber saya (resources)
komputer kita, karena tidak jarang Antispyware ini menggunakan CPU dan
Memory yang cukup besar. Jika antivirus sudah menyertakan, kita tidak
perlu menambah. Atau gunakan versi portable, dan scan dari spyware
secara berkala saja.
3. Banyaknya Aplikasi berjalan di belakang
undefinedSemakin
banyak komputer kita dengan software, biasanya akan semakin
memperlambat kinerja komputer, meskipun pengaruhnya ada yang relatif
kecil dan ada yang besar. Penting untuk diketahui ketika menginstall
software, cek apakah ada aplikasi yang senantiasa berjalan di belakang.
Hal ini bisa di ketahui dengan program seperti Autoruns.
Solusi
dalam hal ini adalah menggunakan sofware yang penting saja, pilih satu
software jika ada beberapa software sejenis atau mempunyai fitur hampir
sama dan jika ada versi Portable-nya maka bisa menjadi alternatif. Untuk
mengurangi program yang berjalan di background, gunakan Autoruns, dan
non aktifkan aplikasi background yang tidak penting. Untuk mengatahui
apakah aplikasi yang di install akan menjalankan program di belakang,
install software seperti WinPatrol.
4. Hard disk (HDD) yang sudah berumur
Ketika
komputer kita masih menggunakan Hardisk yang sudah cukup lama (tua),
mungkin lebih dari 5 tahun, maka kinerja komputer bisa semakin lambat.
Untuk mengecek, kita bisa menggunakan software gratis HDD Tune dan
sejenisnya (baca artikel: Kenali kerusakan Harddisk dari Suaranya). HDD
SATA normal biasanya rata-rata akses read (baca) sekitar 70 – 90 MB/s.
Jika misal rata-rata akses HDD dibawah 50 MB/s maka kinerja biasanya
akan terasa lambat.
Solusi ketika hardisk sudah sangat lambat,
mungkin bisa dicoba dengan full format (awas, backup data terlebih
dahulu). Meskipun untuk hardisk tua hal ini biasanya tidak akan banyak
membantu, sehingga yang paling baik adalah dengan mengganti hardisk
baru, dan jika masih ingin menggunakan hardisk lama, gunakan sebagai
secondary hardisk saja.
5. RAM/Memori yang pas-pasan
Banyak
sedikitnya jumlah RAM/Memori yang kita gunakan memang tidak bisa dibuat
standard sama untuk satu komputer dengan komputer lain atau bahkan
sistem operasi. Meskipun ketika akan menginstall Windows, ada
spesifikasi minimal RAM, tetapi jenis aplikasi yang kita gunakan juga
harus diperhitungkan. Untuk mengecek, buka saja Task Manager dan di
bagian Performance periksa PF Usage dan juga Physical Memory yang
menunjukkan total Memory fisik (RAM) dan sisa tersedia (Available).
Jika
kita tidak sedang menjalankan aplikasi apapun, tetapi sisa RAM tidak
lebih dari setengahnya, biasanya kinerja komputer akan lambat, maka
harus diperiksa aplikasi apa saja yang menggunakan banyak memory (RAM),
secara umum bisa dicek di tab Process, kolom Mem Usage. Jika memang RAM
kita pas-pasan (misal windows XP dengan RAM 512 MB atau kurang, windows 7
dengan 1 GB RAM), maka solusinya termurah adalah mengurangi aplikasi
yang banyak memakan memory. Solusi terbaik adalah Upgrade memory (RAM).
6. Konflik aplikasi atau program yang di install
Tidak
jarang dua aplikasi dalam kategori yang sama bisa berakibat terjadinya
konflik, yang semakin memperlambat kinerja komputer. Tanda-tanda terjadi
konflik adakan komputer yang bermasalah setelah kita menginstall suatu
software, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Yang sering terjadi
konflik biasanya di kategori software security, semisal antivirus.
Misalnya
kita menggunakan 2 antivirus atau lebih. Meskipun beberapa antivirus
bisa berjalan bersamaan, tetapi tetap tidak direkomendasikan, kecuali
untuk pengguna ahli atau untuk ujicoba. Belum lagi ketika masih harus
menginstall software security lainnya.
Jika ada alternatif
berbagai software sejenis, maka jika memungkinkan pilih satu saja yang
bisa mewakili, dan unggul dalam kinerja dan hasil. Terutama untuk jenis
software yang banyak mengakses sumber daya atau sistem operasi.
7. Pemilihan Software yang kurang tepat
Tidak
sedikit orang hanya ikut-ikutan (trend) dalam penggunaan software,
padahal fitur yang diinginkan sebenarnya terdapat dalam software lain
yang kecil dan gratis. Jika spesifikasi komputer kita memang minimal
atau kita ingin bekerja dengan cepat, maka pilihlah software yang tepat.
Software dengan ukuran besar tidak senantiasa lebih baik dan tepat bagi
masing-masing kita. Berikut beberapa contohnya :
Ketika kita
hanya ingin burning data ke CD/DVD, solusi tepat bisa menggunakan
software ImgBurn yang hanya berukuran sekitar 5 MB atau software burning
gratis lainnya yang relatif kecil daripada menginstall Nero Multimedia
Suite yang berukuran sekitar 354 MB.
Ketika kita bekerja dengan
data terkompresi ( zip, rar ), software gratis seperti 7zip yang hanya
berukuran sekitar 1 MB seharusnya sudah mencukupi, daripada menginstall
Winzip 15 yang berukuran hampir 13 MB dan juga tidak gratis (software
kompresi gratis lainnya)
Jika menggunakan Photoshop 7 atau CS1/2
sudah mencukupi untuk kebutuhan grafis, maka menginstall Photoshop CS5
perlu difikir ulang, karena spesifikasi yang dibutuhkan cukup tinggi,
sehingga kerja bisa semakin lambat.
8. Banyaknya Software yang terinstall
Meskipun
software-software yang di install tidak berjalan di belakang, tetapi
hampir setiap software selalu menambahkan entry (data) ke registry,
sehingga semakin banyak software yang di install ukuran registry
(windows) juga akan semakin besar. Karena registry ini akan di akses
baik ketika komputer berjalan maupun sudah berjalan, besar kecilnya juga
mempengaruhi ke kecepatan/ waktu respon-nya.
Solusinya adalah
menggunakan software yang memang diperlukan saja, Uninstall software
yang tidak penting dan gunakan Uninstaller seperti Revo Uninstaller agar
proses uninstallasi lebih tuntas. Untuk membersihkan software yang
sudah di uninstall, bisa juga menggunakan berbagai Utilities gratis.
9. Penggunaan Efek Windows yang berlebih
Windows
Xp, Vista maupun windows 7 menyediakan opsi untuk menggunakan tampilan
dengan berbagai efek. Jika komputer kita mempunyai spesifikasi yang
bagus, tentu berbagai efek ini tidak menjadi masalah, tetapi jika ingin
performa cepat, berbagai efek windows bisa di non aktifkan.
Misalnya
Untuk windows XP, klik kanan My Computer, pilih tab Advanced dan klik
setting bagian Performance. Kita juga melalukan tweak sistem untuk
mendapatkan setting yang tepat dan cepat, dengan menggunakan software
semisal X-Setup Pro.
Sebenarnya selain 9 hal diatas masih banyak
sebab lain, seperti berbagai service windows yang berjalan yang
sebenarnya tidak diperlukan, pemilihan dan pengaturan hardware yang
tidak optimal, space primary disk (misalnya drive C:) yang diambang
batas atau hampir habis, dan lainnya.
Selasa, 04 Desember 2012
Fungsi Filter CPL (Circular Polarizer)
Fungsi Filter CPL - Kali ini saya akan memberikan informasi mengenai Fungsi Filter CPL.Setelah beberapa waktu yang lalu saya memberikan informasi mengenai Fungsi Filter Polarizer kali ini saya akan memberikan informasi mengenai beberapa Fungsi Filter CPL.Semoga dengan adanya artikel ini,teman - teman semua dapat mengerti mengenai Fungsi Filter CPL.
Lensa Digital


Salah satu filter yang wajib untuk landscaper adalah filter circular
polarizer atau disingkat CPL. Filter ini memiliki beberapa kegunaan :
- Membuat warna lebih saturated dan kontras dan dengan demikian lebih hidup + menarik. Contoh aplikasi yang paling sering adalah membuat biru langit lebih terasa dan awan putih terasa lebih menonjol. Selain itu juga warna dedaunan yang lebih hijau dan bunga yang lebih berwarna.
- Filter ini juga sering digunakan untuk menghilangkan sebagian / seluruh pantulan dari benda non metalik, misalnya air dan kaca. Hal ini sering berguna untuk memotret danau yang airnya sangat jernih. Kadang kita ingin menampilkan sedikit dasar danau itu. Yang sering menghalangi adalah pantulan cahaya di permukaan danau yang membuat danau seperti cermin langit. Menggunakan CPL kita bisa menguranginya, atau bahkan menghilangkannya.
Efek lain dari penggunaan CPL adalah berkurangnya cahaya yang masuk ke
dalam kamera. Hal ini dapat dilihat pada setting Apperture Priority
shutter speed nya terus menurun dengan diputarnya lensa CPL sampai efek
maksimumnya. Jumlah cahaya yang dihambat filter tergantung pada merek
dan teknologi yang digunakan. Pada filter dengan kualitas yang lebih
baik selain saturasi & kontras yang lebih tinggi maka cahaya yang
dihambat lebih sedikit. Dengan demikian memungkinkan memotret dengan
shutter speed lebih cepat.
Cara Menggunakan CPL
Cara menggunakan filter CPL cukup mudah. Cukup pasangkan filter ini di
bagian depan lensa, lalu putar filter ini perlahan lahan. Efek filter
ini akan terlihat langsung di viewfinder kamera anda. Jadi tidak perlu
khawatir salah menggunakan. Cari setting / hasil yang paling maksimal
barulah tekan tombol shutter kamera anda.
Karena penggunaan filter ini dengan cara diputar di depan lensa, maka
kesulitan akan muncul untuk lensa ekonomis (misalnya lensa Canon EF-S
18-55 yang merupakan lensa kit) yang bagian depan lensa turut berputar
saat melakukan auto focus. Hal ini karena setelah kita memutar CPL
sampai efek maksimum maka filter bisa terputar lagi (saat auto focus)
hingga efeknya tidak maksimum. Oleh sebab itu lensa dengan bagian depan
tidak berputar biasanya lebih disukai oleh fotografer landscape. Walau
tentu saja kita masih bisa mengakali hal ini dengan melakukan auto focus
terlebih dahulu sebelum memutar filter CPL kita.
Filter CPL menghasilkan efek paling optimal pada sudut 90 derajat dari
arah matahari. Jadi kalau kita menggunakan CPL dan memotret menghadap /
membelakangi matahari maka efeknya tidak akan maksimal. Gunakan CPL
dengan matahari bersinar di samping kiri atau kanan kita. Sedangkan
untuk menghilangkan refleksi hasil maksimal diperoleh pada sudut 45
derajat dari permukaan.
Tips Penggunaan CPL
Jika anda menggunakan lensa super wide maka ada beberapa kendala yang mungkin muncul dari penggunaan CPL :
- Tidak meratanya efek polarisasi. Hal ini mengakibatkan birunya langit menjadi tidak merata, kadang malah aneh karena misalnya agak gelap di tengah. Sejauh ini belum ada penangkal untuk hal ini selain perbaikan menggunakan photoshop dan tidak menggunakan efek maksimum dari CPL sehingga lebih tersamar.
- Adanya vignetting (tampak gelap di sudut-sudut foto). Hal ini bisa disebabkan tebalnya tumpukan filter di depan lensa, sehingga ada yang “menutupi” jalan masuknya cahaya. Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan CPL tipe slim (kekurangannya adalah selain harganya mahal, slim relatif lebih sulit di lepas). Atau kalau lensa yang digunakan belum terlalu ekstrem wide (hanya setara 24mm ke atas) bisa menggunakan CPL biasa, asalkan UV filter dilepas / tidak ditumpuk dengan CPL.
Karena CPL menghambat masuknya cahaya maka secara tidak langsung CPL
dapat berfungsi sebagai filter Neutral Density dengan kadar rendah. Hal
ini membuat filter ini bisa juga digunakan untuk membuat efek slow
shutter, misalnya tampilan seperti kapas di air terjun / pantai.
Selain filter CPL ada juga filter polarizer (linier polarizer). Saya
sendiri belum pernah menggunakannya, tapi inti perbedaannya ada pada
fungsi auto fokus & TTL metering kamera. Apabila anda menggunakan
fungsi auto focus pada kamera maka filter PL akan menyulitkan kamera
mendapat fokus. Pada akhirnya menyulitkan anda memotret. Dengan kamera
moderen yang kebanyakan menggunakan auto focus maka saya sarankan beli
lah filter CPL, walau harganya sedikit lebih mahal daripada filter PL.
Filter CPL
juga kadang saya gunakan untuk menghilangkan refleksi yang ada di tubuh
serangga kecil di foto macro. Misalnya kepik. Apalagi saat kita
menggunakan flash sebagai cahaya tambahan. Atau bisa juga saya gunakan
untuk menghilangkan refleksi di kaca jendela saat pemotretan human
interest. Jadi filter CPL bukan hanya untuk landscape melainkan juga
bisa untuk macro dan yang lainnya.Sekian informasi sederhana saya
mengenai Fungsi Filter CPL.
Lensa Digital
Macam-Macam Lensa Kamera DSLR & SLR
Sekarang kita akan membahas perangkat Photography yaitu Lensa. Lensa, adalah salah satu bagian terpenting dari sebuah kamera. Berfungsi untuk memfokuskan cahaya hingga mampu menerakan gambar tangkapan ke medium penangkap. Lensa bisa diatur secara manual, tanpa lewat tombol. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan zoom-inatau zoom-out sesuka hati kita.
Adapun macam-macam lensa tersebut sebagai berikut:
1. Lensa Standard
Lensa yang memiliki ukuran lensa sekitar 18mm hingga 55mm. Jenis ini bisa dibilang sebagai yang umum digunakan karena sudah ada ketika pertama kali kita membeli sebuah kamera.
2. Lensa Super Wide (Pandangan Lebar)
Lensa ini memiliki ukuran lensa antara 8mm hingga 16mm. Bisa disebut juga sebagai fish eye lens karena terkadang bisa membentuk distorsi bentuk dalam pengambilan gambar.
3. Lensa Telephoto
Lensa yang memiliki panjang lensa antara 55mm hinga 300mm. Ukurannya sangat panjang. Biasa dipakai untuk pengambilan gambar dalam jarak jauh. Dan sering kali terlihat paparazi memakai kamera berlensa ini untuk mengambil gambar artis dari jarak jauh
4. Lensa Makro
Lensa yang memiliki rentang lensa sempit. Digunakan untuk mengambil gambar yang berukuran kecil atau untuk mengambil detil detil kecil dari sebuah objek. Ukurannya antara 50mm macro hingga 135mm macro.
5. Lensa Superzoom
Memiliki rentang lensa yang lebar, antara18mm hingga 200mm. Lensa ini seperti perpaduan antara lensa standart dan telephoto.
Ada beberapa produsen yang mengkhususkan pada lensa seperti Sigma, Tamron dan Tokina. Biasanya produsen lensa menyediakan dua jenis lensa : yaitu lensa biasa dan dan lensa yang berkualitas tinggi.
Tamron
Sigma
Tokina
Pilihlah lensa sesuai keperluan dan badget kamu...
Salam Blogger Indonesia..
Adapun macam-macam lensa tersebut sebagai berikut:
1. Lensa Standard
Lensa yang memiliki ukuran lensa sekitar 18mm hingga 55mm. Jenis ini bisa dibilang sebagai yang umum digunakan karena sudah ada ketika pertama kali kita membeli sebuah kamera.

2. Lensa Super Wide (Pandangan Lebar)
Lensa ini memiliki ukuran lensa antara 8mm hingga 16mm. Bisa disebut juga sebagai fish eye lens karena terkadang bisa membentuk distorsi bentuk dalam pengambilan gambar.

3. Lensa Telephoto
Lensa yang memiliki panjang lensa antara 55mm hinga 300mm. Ukurannya sangat panjang. Biasa dipakai untuk pengambilan gambar dalam jarak jauh. Dan sering kali terlihat paparazi memakai kamera berlensa ini untuk mengambil gambar artis dari jarak jauh

4. Lensa Makro
Lensa yang memiliki rentang lensa sempit. Digunakan untuk mengambil gambar yang berukuran kecil atau untuk mengambil detil detil kecil dari sebuah objek. Ukurannya antara 50mm macro hingga 135mm macro.

5. Lensa Superzoom
Memiliki rentang lensa yang lebar, antara18mm hingga 200mm. Lensa ini seperti perpaduan antara lensa standart dan telephoto.
6. Sudut Lebar (Wide Angel)
Lensa berjangkauan lebar. Cocok untuk memotret penorama atau pemandangan. Contoh ukuran lensa : 18 mm, 24 mm, 28 mm.

Ada beberapa produsen yang mengkhususkan pada lensa seperti Sigma, Tamron dan Tokina. Biasanya produsen lensa menyediakan dua jenis lensa : yaitu lensa biasa dan dan lensa yang berkualitas tinggi.
Tamron
Sigma
Tokina
Pilihlah lensa sesuai keperluan dan badget kamu...
Salam Blogger Indonesia..
Persamaan dan Perbedaan Kamera SLR & DSLR
Kamera kini telah banyak dimiliki guna mengabadikan gambar. Dimulai
dari kamera saku, kamera digital dan kini berkembang kepada kamera SLR
dan DSLR. Yang banyak dipakai banyak orang saat ini kamera digital dan
kamera SLR. Sempat teman saya bertanya perbedaan dari SLR dan DSLR.
Untuk menjawab pertanyaan itu…saya mencoba mendeskripsikan perbedaan
spesifiknya :
Kamera SLR (single-lens reflex) atau Kamera refleks lensa-tunggal adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya.
Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Pada SLR media penyimpan data gambar disimpan pada film 35MM (analog) tidak diperlukan proses digitalisasi, kompresi data sehingga gambar bisa langsung dilihat hasilnya pada film tersebut. Bila ingin memproses foto lebih lanjut gulungan film inilah yang dibawa ke laboratorium cuci cetak foto.
(Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex Camera) adalah kamera digital yang menggunakan mechanical mirror system dan pentaprisma unuk mengarahkan cahaya dari lensa menuju optical viewfinder yang berada pada kamera).
DSLR (Digital Single Lens Reflex) bekerja dengan sistem digital penuh sejak saat capture obyek foto oleh Image Sensor hingga penulisan pada memory card. Karena itu pada DSLR terdapat lebih banyak tombol dibanding SLR seperti pilihan ISO, White Balance, Preset Scenes, Resolusi dan lainnya, dan yang paling membedakan adalah tersedianya memory slot yang terkadang lebih dari 1.
Sedang Kesamaan DSLR dan SLR adalah mekanisasi pengambilan obyek foto yang menggunakan satu lensa (single lens) yang sama untuk fungsi membidik (via viewfinder) dan menyampaikan hasil bidikan kepada Image Sensor (DSLR) atau pada Film (SLR). Progres tersebut dikerjakan secara reflexy (memakai kaca pantul yang terdapat didalam camera).
Kamera SLR (single-lens reflex) atau Kamera refleks lensa-tunggal adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya.
Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Pada SLR media penyimpan data gambar disimpan pada film 35MM (analog) tidak diperlukan proses digitalisasi, kompresi data sehingga gambar bisa langsung dilihat hasilnya pada film tersebut. Bila ingin memproses foto lebih lanjut gulungan film inilah yang dibawa ke laboratorium cuci cetak foto.
(Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex Camera) adalah kamera digital yang menggunakan mechanical mirror system dan pentaprisma unuk mengarahkan cahaya dari lensa menuju optical viewfinder yang berada pada kamera).
DSLR (Digital Single Lens Reflex) bekerja dengan sistem digital penuh sejak saat capture obyek foto oleh Image Sensor hingga penulisan pada memory card. Karena itu pada DSLR terdapat lebih banyak tombol dibanding SLR seperti pilihan ISO, White Balance, Preset Scenes, Resolusi dan lainnya, dan yang paling membedakan adalah tersedianya memory slot yang terkadang lebih dari 1.
Sedang Kesamaan DSLR dan SLR adalah mekanisasi pengambilan obyek foto yang menggunakan satu lensa (single lens) yang sama untuk fungsi membidik (via viewfinder) dan menyampaikan hasil bidikan kepada Image Sensor (DSLR) atau pada Film (SLR). Progres tersebut dikerjakan secara reflexy (memakai kaca pantul yang terdapat didalam camera).
Sejarah Photography
Sejarah Photography pertama kali diresmikan pada abad ke-19,
lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan yang dilakukan oleh manusia
sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada
tahun 1839-an yang dicanangkan sebagai tahun awal Photography, negara Perancis dinyatakan secara resmi bahwa Photography merupakan sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Sejarah Photography sebenarnya bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, dinyatakan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti telah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian ruang tersebut akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad setelah itu, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
Dalam Sejarah Photography Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah Photogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Dalam Sejarah Photography mencatat Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal Photography yang sebenarnya. Photo yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “Photography akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat Photo yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Photography mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal Photography. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa Photography adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu Photography dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Photography kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia Photography modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan Photography dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia Photography melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas Photo.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia Photography dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu Photography secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat Photo yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Sejarah Photography sebenarnya bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, dinyatakan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti telah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian ruang tersebut akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad setelah itu, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
Dalam Sejarah Photography Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah Photogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Dalam Sejarah Photography mencatat Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal Photography yang sebenarnya. Photo yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “Photography akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat Photo yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Photography mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal Photography. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa Photography adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu Photography dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Photography kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia Photography modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan Photography dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia Photography melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas Photo.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia Photography dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu Photography secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat Photo yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Langganan:
Postingan (Atom)